Pages

Jangan Pernah Takut Untuk Bermimpi :)

Jumat, 22 November 2013

Tragedi Panggung PENGKOLAN :)


Sabtu ini harusnya aku have fun. Dan kenyataannya berbalik dengan tujuanku..
Ya, hari ini sekedar perpisahan mini untuk KKN-PPL UNY di sekolah. Hari ini juga, aku dengan sohibku (maybe) ditugaskan untuk cuap-cuap alias ngemsi di acara tersebut.
Sebelum Sabtu itu, bergulir Jum’at yang cukup membuatku sedih, kacau, dan nangis. Ku piker Jum’at itu akan menjadi Jum’at semangat. Jum’at yang tiada kata mengeluh, keep strong! Jum’at itu jadwal untuk gladi bersih bagi semua pengisi acara pada hari Sabtu besok. Termasuk sohibku, Buntek (nama samaran) dan Bengbeng (samara juga) mantan boyfriend ku. Mereka berdua, eh salah bertiga maksudnya, sama si Cecep (samaran again) sohibnya Bengbeng juga, mereka akan jadi sejenis boyband atau apalah, atau mungkin mereka mau kosidahan saat pensi besok, aku kurang begitu tau.
Siang itu beranjak turun dari masjid seusai sholat Jum’at. Sambil nyanyi-nyanyi sendirian. Satu langkah terakhir dari anak tangga masjid, mataku langsung mengarah ke satu depan kelas. Bagaikan mercusuar yang mendeteksi keberadaan suatu kapal. Di depan kelas itu, ada 2 sosok manusia yang tak lain dan tak bukan mereka Buntek dan Bengbeng. Gerakan reflekku mlongo, pertanda kaget. Shock! Aku lihat mereka sedang asyik mengobrol ria. Entah apa yang mereka bicarakan. Terik matahari membungkam mulutku, di tengah-tengah lapangan basket tak beralaskan apapun tidak ada rasa panas membakar kaki. Tapi yang ada panas itu membakar hati. Aku berjalan layaknya tanpa menghiraukan mereka, tapi sejatinya hati tidak akan pernah bohong sedikitpun. Sesekali mataku melirik. Aku berfikir, mungkin jika aku lewat di depan mereka, mereka mau menyapaku. Duganku salah besar.. mereka sama sekali tidak memperdulikan keberadaanku saat itu. Cukup kecewa.. lagi-lagi pipiku basah..
Masih terbayang-bayang kaget saat menuju ke kantin. Aku memesan satu porsi ayam goreng dengan nasi putih hangat. Aku tidak tau apakah masih jengkel, secara tidak sadar aku makan dengan keadaan melamun  jengkel. Orang-orang di sekitarku berfikir dan berkata, bagaikan singa yang kelaparan. Hmm.. ayamnya rada begitu a lot kelihatannya. Aku memotong dengan sendok, apakah aku yang terlalu kebesaran energy atau jengkel mungkin campur aduk, ayamnya lari ke lantai. Alhasil makanpun di pending sampai dirumah nanti..

Aku berjalan melewati koridor-koridor kelas. Dari jauh aku melihat mereka bertiga sedang asyik genjrang genjreng memainkan petikan gitar. Dengan rasa kesal, aku belok kea rah gerbang tanpa melirik mereka sedikitpun. Lagi-lagi hati memang tidak bias bohong..
Dan hari ini, sabtu. Panggung ini, Panggung Pengkolan menjadi saksi bisu kegalauanku. Aku memperlihatkan senyumku dengan hati yang seikhlas-ikhlasnya. Pada sesi itu, aku memanggil nama mereka bertiga. Mencoba lupakan semuanya yang mebuat hati ini kacau, dan mencoba focus pada tugasku kali ini. Menyaksikan 3 orang itu bermain alat music dan bernyanyi. Saat lagu pertama, mataku berkaca-kaca. Bukan karena terharu akan lagu yang mereka bawakan, melainkan suatu rasa yang tidak mampu dibendung lagi. Melihat sohibnya sendiri sekarang, detik ini bernyanyi berdua dengan seseorang yang aku sayang. Betapa sakitnyaa.. tapi tidak heran jika saat ini memang benar-benar terjadi karena mereka berdua juga pernah ada rasa satu sama lain. Aku tidak mau orang-orang tau jika aku menangisi mereka berdua. Dan aku lari ke toilet. Dan apa yang terjadi? Sahabat-sahabatku membuntutiku dari belakang. Mereka memperhatikanku semenjak dari awal. Aku menangis sejadi-jadinya di toilet. Sahabtku mencoba menjadi penyemangat bagiku. Yaa.. betapa beruntungnya aku.. di lagu kedua, aku kembali menuju samping panggung untuk menyaksikan mereka berdua kembali. Dengan harapan tidak ada acara nangis. Tapi, sahabtku menutup mata dan telingaku. Why? Mereka takut aku melihat sesuatu yang membuatku sedih lagi. Tapi, hatiku tetap bias melihat apa yang mereka lakukan di panggung itu. Suatu moment yang membuat lagi-lagi hati ini meledak. Bengbeng menyodorkan setangkai bunga, ketika mereka berdua selesai duet. It’s not impossible. Tapi itu kenyataannya.. aku tetap harus memasang senyum didepan penonton-penonton acara itu, meskipun itu hanyalah sekedar senyum palsu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar